Hujan masih mengguyuri daerah tempat
tinggal wanita tersebut, dan dia hanya bisa melihat tetesan hujan yang ada di
jendela. Sesekali dia keluar hanya ingin tau apakah udaranya sangat dingin?
Tapi bagi wanita tersebut tiada dingin yang dapat menandingi dinginnya ‘kesepian’.
Kamar hanya kamarlah tempat wanita itu bisa
bebas, bebas dari aktifitas yang membuatnya merasa takut. Kadang di kamar itu
dia merasa sepi dan tak jarang dia merasa senang, iya senang, karena tidak
perlu melakukan aktifitas menakutkan tersebut.
Teman? Wanita itu mempunyai banyak teman,
tapi sayang hanya teman bukan sahabat. Teman akrab? Wanita itu mempunyai banyak
teman akrab, tapi sayang hanya teman akrab bukan sahabat. Sahabat? Wanita itu
tidak mempunyai satu pun.
Wanita itu banyak mendapat pujian dari
temannya “kau sahabat terbaikku”. Kenapa dia menjadi sahabat orang lain
sedangkan orang lain tak menjadi sahabatnya? Pertanyaan itu selalu hadir
dikepalanya.
Orang tua? Wanita itu masih mempunyai orang
tua yang sangat menyayanginya, saudara? Jangan tanyakan saudara, wanita itu
mempunyai 5 saudara yang ia cintai.
Lantas kenapa ia kesepian? Ia tak kesepian
yang seperti kalian fikir, ia hanya merasa manusia kejam, aneh, rakus, tolol
dan… Kenapa ada tuhan seperti tak bertuhan? kenapa ‘ingin mati’ padahal hidup
menyenangkan? Kenapa yang benar disalahkan dan yang salah dibenarkan? Kenapa
selalu uang yang berbicara? Kenapa yang tak bertuhan menjadi pemimpin?. Masih
banyak pertanyaan yang ada dikepalanya.
“lebih baik aku disini sendiri dari pada diluar
bersama tapi penuh dengan kemunafikkan” kalimat ini yang dia katakan jika
merasa letih menghadapi dunia luar, tapi tak jarang dia juga mengatakan “aku
tak bisa seperti ini terus, aku harus keluar…keluar…keluar” tapi itu semua
hanya kata-kata yang jika dibandingkan dengan dunia luar hanya akan menjadi
‘sebuah kata-kata’.